Rabu, 28 Desember 2011

PENGERTIAN METODE/MODEL PEMBELAJARAN STAD


BAB I
PENDAHULUAN

  • A.    Latar Belakang
                        Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Metode Pembelajaran adalah cara yang di gunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dan supaya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan siswa dapat dengan mudah mengerjakan soal dan senang hati tanpa terpaksa.
Usaha-usaha guru dalam membalajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudak direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.

  • B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) ?
2.      Apa saja komponen utama dan langkah-langkah metode pembelajaran STAD ?
3.      Bagaimana penggunaan  metode pembelajaran STAD ?
4.      Apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran STAD ?

  • C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pendidikan IPS SD II.
2.      Mengetahui pengertian pembelajaran STAD.
3.      Mengetahui komponen utama dan langkah-langkah dalam metode pembelajaran STAD.
4.      Mengetahui bagaimana penggunaan metode pembelajaran STAD.
5.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran STAD.

6.       
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

  • A.    Pengertian Metode/Model Pembelajaran STAD
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.
Karakteristik STAD menurut Arends (2001) adalah sebagai berikut:
·         Tujuan kognitif : informasi akademik sederhana.
·         Tujuan sosial : kerja kelompok dan kerja sama.
·         Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota.
·         Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru.
·         Tugas utama : siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya.
·         Penilaian : tes mingguan.

B.     Komponen dan Langkah-Langkah dalam Medote Pembelajaran STAD
Menurut Slavin (2008), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja kelompok (tim),  kuis, skor kemajuan individual, rekognisi (penghargaan) kelompok.
1.      Presentasi kelas (Class presentation)
Dalam STAD materi pelajaran mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru. Selama presentasi kelas siswa harus benar-benar memperhatikan karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok.

2.      Kerja kelompok (Teams Works). Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen 8 laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan berbeda). Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi, setiap anggota kelompok mempelajari dan mendiskusikan LKS, membandingkan jawaban dengan teman kelompok dan saling membantu antar anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang terbaik untuk kelompoknya dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.

3.      Kuis (quizzes). Setelah guru memberikan presentasi, siswa diberi kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan membantu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami materi yang telah disampaikan.
4.      Peningkatan Nilai Individu (Individual Improvement Score ).  Peningkatan Nilai Individu dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai jika siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang lebih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya. Selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu  yang diperoleh.
5.      Penghargaan kelompok (Team Recognation).  Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Ø  Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Slavin, 2008) :
1.      Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2.      Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
3.      Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
4.      Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi
5.      Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6.      Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
7.      Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.

  • C.    Kelebihan  dan Kekurangan Metode Pembelajaran STAD
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Ø  Keunggulan pembelajaran STAD antara lain :
1.      Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
2.      Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
3.      Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4.      Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
5.      Meningkatkan kecakapan individu.
6.      Meningkatkan kecakapan kelompok.
7.      Tidak bersifat kompetitif.
8.      Tidak memiliki rasa dendam.

Ø  Kekurangan metode pembelajaran STAD antara lain :
1.      Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
2.      Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
3.      Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
4.      Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
5.      Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
6.      Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Seperti halnya metode pembelajaran yang lain, metode pembelajaran STAD juga memiliki kelebihan dan kekurangan.


B.     Saran

Melalui penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang metode pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). Selain itu kita dapat menerapkan teori ini dengan sebaik-sebaiknya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan referensi tentang metode pembelajaran STAD.

           









PERBEDAAN PERSERTA DIDIK


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Sebagai seorang pendidik, kita dituntut untuk memahami diri peserta didik dengan baik. Pemahaman pada diri peserta didik mempunyai makna bahwa kita mengenal betul kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik, serta mengetahui betul setiap kebutuhan pada setiap jenjang usia yang ada pada peserta didik kita.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakteristik yamg berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut makin kentara sejalan dengan perkembangan individu. Kata perbedaan dalam istilah perbedaan individual menurut Landgren ( 1980:578 ) merupakan suatu variasi yang terjadi, baik pada aspek fisik maupun psikologis.
Pada setiap tahap perkembangan anak di setiap jenjang usia, para peserta didik mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Meskipun pada umumnya peserta didik di jenjang SD mempunyai usia dari sekitar 6 atau 7 tahun hingga 12 tahun, tetapi mereka sebagai individu tetap mempunyai perbedaan-perbedaan yang mendasar serta jenis kebutuhan yang dirasakan berbeda pula. Selain itu, anak banyak mengalami perubahan baik fisik maupun mental hasil perpaduan factor intern maupun pengaruh dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan yang tidak kurang pentingnya adalah pergaulan dengan teman sebaya.
Seorang guru akan cepat mengenali satu persatu siswanya karena adanya perbedaan pada cirri-ciri fisik seperti tinggi atau bentuk badan. Ciri lain yang juga cepat akan terlihat oleh guru adalah dari tingkah laku masing-masing siswa. Ada siswa yang pendiam, dan ada yang lincah, ada yang berbicara sangat cepat, ada yang lambat, dan sebagainya.





B.       Rumusan Masalah

1.         Apa saja perbedaan pada perkembangan fisik anak usia SD?
2.         Apa saja perbedaan pada perkembangan intelektual anak usia SD?
3.         Apa saja perbedaan pada perkembangan moral anak usia SD?
4.         Meliputi apa saja perbedaan pada kemampuan anak usia SD?
5.         Apa saja perbedaan yang dimiliki oleh 2 orang anak SD yang memiliki umur dan jenis kelamin yang sama, serta apa yang melatarbelakangi perbedaan tersebut?


C.      Tujuan penyusunan

1.         Untuk memenuhi tugas – tugas dalam pendukung proses pembelajaran Perkembangan Peserta Didik.
2.         Untuk mengetahui perbedaan pada perkembangan fisik anak usia SD.
3.         Untuk mengetahui perbedaan pada perkembangan intelektual anak usia SD.
4.         Untuk mengetahui perbedaan pada perkembangan  moral anak usia SD.
5.         Untuk megetahui perbedaan kemampuan anak usia SD.
6.         Untuk mengetahui perbedaan 2 orang anak SD yang berumur dan jenis kelamin sama, serta hal-hal apa saja yang melatarbelakangi perbedaan tersebut.










BAB II
PEMBAHASAN

A.       Perbedaan Pada Perkembangan Fisik Anak Usia SD
Untuk melihat perbedaan perkembangan fisik anak usia SD secara faktual dapat diteliti pada waktu anak berbaris masuk kelas. Pada barisan tersebut secara individual terlihat ada anak yang tinggi, rendah, kurus, dan gemuk pada usia yang relatif sama. Pada usia 10 tahun anak-anak perempuan rata-rata lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki. Namun setelah usia 12 atau 13 tahun anak laki-laki menyusul bahkan lebih berat dan lebih tinggi daripada anak perempuan. Menurut Tanner ( 1973:35 ) pertumbuhan rata-rata anak usia 7 tahun tidak jauh berbeda dengan anak usia 9 tahun.
Rata-rata pertumbuhan tersebut juga sangat berbeda antara ras atau bangsa di berbagai Negara. Anak-anak yang paling tinggi terdapat di daerah Eropa Tengah, Australia Timur, dan Amerika Serikat ( Meredith, 1969 ). Sedangkan dari berbagai daerah Asia Tenggara, Oceania dan Amerika Selatan anak-anak lebih rendah jika dibandingkan dengan yang disebut terdahulu. Pada umumnya anak-anak yang lebih tinggi tersebut tidak kekuranagan nutrisi dan jauh dari penyakit. Dan anak-anak tersebut lebih cepat matang daripada anak yang kekurangan gizi maupun sering menderita sakit.
Selain perbedaan yang ada karena memang anak tersebut sudah memasuki tahapan perkembangan fisik tertentu, faktor lingkungan juga akan mempunyai peranan dalam mempertajam perbedaan individu anak. Kondisi kesehatan anak dapat berbeda karena selain faktor  penyakit bawaan, juga karena kondisi lingkungan sekolah dan kelas. Kondisi lingkungan sekolah yang nyaman, asri,  kelas yang terang dan bersih akan mempengaruhi kondisi kesehatan siswa.

B.        Perbedaan Pada Perkembangan Intelektual Anak Usia SD
Seorang anak pada umumnya memasuki jenjang pendidikan SD pada usia 6 tahun, dimana diperkirakan sudah siap menerima pelajaran dan dapat mengalami kemajuan belajar secara teratur dalam tugas sekolah. Walaupun demikian, ada siswa yang pada usia tersebut belum mampu mengikuti pelajaran yang diberikan secara teratur dan kadang-kadang ketidakmampuan siswa yang keluar dalam bentuk tidak bisa mengerjakan tugas sekolah dianggap guru sebagai suatu kemalasan. Semestinya hal tersebut harus dipandang sebagai perbedaan yang bisa saja terjadi pada anak usia SD, karena memang ada perbedaan dalam hal menguasai suatu materi pelajaran.
Seperti halnya perbedaan pada perkembangan fisik anak, pada tahap operasi konkret menurut Piaget, anak-anak dapat berpikir logis tentang suatu hal. Walaupun demikian, kadar dan cara anak untuk berpikir logis terhadap sesuatu akan ada perbedaan. Perbedaan yang ada tersebut disebabkan juga oleh berbagai faktor. Seorang guru yang mengajar di kelas 1 SD dengan hanya ceramah ( verbalisme ) dalam menerangkan konsep pertambahan pada matematika, tidak akan membuat siswa berkembang secara maksimal. Lain halnya dengan jika guru tersebut menggunakan berbagai benda konkret sebagai media untuk menyampaikan materi, akan membuat anak lebih cepat mengerti terhadap pelajaran.
Seorang guru harus menyadari perbedaan-perbedaan pada aspek fisik pada setiap siswanya. Selain itu, guru juga harus tahu bahwa perbedaan tersebut bisa saja sewaktu-waktu mengalami perubahan karena pengaruh berbagai faktor.

C.       Perbedaan Pada Perkembangan Moral Anak Usia SD
Perbedaan yang terjadi pada aspek perkembangan moral pada individu banyak tergantung dari lingkungan bukan bawaan lahir. Lingkungan keluarga, teman sebaya, dan sekolah atau guru membuat perbedaan pada perkembangan moral anak. Contoh perbuatan yang baik yang diberikan orang tua dan guru dengan cepat akan ditiru anak usia SD seperti apa adanya. 2 pandangan ahli tentang perbedaan pada perkembangan moral.
  1. Piaget dan Tahapan Moral
Menurut Piaget konsepsi anak mengenai moralitas berkembang pada dua tahap utama yang sejajar dengan tahap-tahap pra-operasional. Pada umumnya orang mengalami tahapan moral tersebut pada waktu yang berbeda, namun urutannya tetap sama.
Tahap pertama, hambatan moralitas juga disebut ( heteronomous morality ), bercirikan kekakuan, penyesuaian yang sederhana. Para remaja melihat sesuatu seperti hitam dan putih tidak kelabu, jadi cukup tegas karena mereka egosentrik. Mereka berpendapat bahwa peraturan tidak dapat berubah, sehingga perilaku seseorang dapat betul atau salah. Sekalipun demikian, anak-anak juga sering kali tidak menurut/taat pada peraturan.
Tahap kedua, moralitas kerja sama juga disebut ( autonomous morality ) bercirikan moral yang fleksibel. Anak-anak yang telah matang banyak bergaul dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa,mereka kurang bersifat egosentrik. Mereka berpendapat luas yang sering kali bertentangan dengan yang terdapat di rumah. Mereka berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang tidak dapat diubah. Karena peraturan dibuat oleh orang, maka peraturan itu juga dapat diubah oleh orang lain sesuai kebutuhan.
  1. Kohlberg dan Alasan Moral
Kohlberg melukiskan tiga tingkatan alasan moral sebagai berikut :
a)      Pra-conventional morality ( anak usia 4-10 tahun ) anak masih di bawah pengawasan orang tua dan lain-lain, tunduk pada peraturan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman.
b)      Conventional morality ( anak berusia 10-13 tahun ). Anak-anak patuh terhadap peraturan untuk menyenangkan orang lain atau mempertahankan perintah.
c)      Post-conventional morality ( anak usia 13 tahun atau lebih ). Moralitas sepenuhnya internal.

D.    Perbedaan Kemampuan Anak Usia SD
Setiap anak usia SD mempunyai kemampuan berbeda-beda. Kemampuan di sini dapat diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, atau kemampuan kognitif. Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kalimat yang bermakna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh faktor intelektualitas dan lingkungan selain juga faktor fisik yaitu organ berbicara seseorang. Kemampuan bersosialisasi pada seorang anak pun berbeda-beda. Oleh karena itu wajar ada anak yang mempunyai banyak teman, ada yang hanya mempunyai beberapa teman dekat atau seorang sahabat saja.
Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan menguasai suatu ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya kemampuan kognitif diperoleh karena adanya proses belajar. Faktor yang menonjol dalam membentuk kemampuan kognitif adalah faktor pembentuk lingkungan alamiah dan lingkunagan yang dibuat. Tingkat kemampuan kognitif masing-masing anak akan tergambar dari hasil belajar yang diukur melalui tes hasil belajar. Tes hasil belajar dapat menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Di sini, faktor intelektualitas atau kecerdasan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kognitif anak. Semakin tinggi nilai kecerdasan anak maka semakin tinggi pula kemampuan kognitifnya.

E.        Perbedaan 2 Orang Anak Sekolah Dasar







Aldy Iriyanto ( II SD )                              Mukti Alamsyah ( II SD )
µ  Tabel Pengamatan
Perbedaan Aspek Perkembangan
Anak ke-1
Anak ke-2
  • Aspek Fisik
1. Berat badan
2. Tinggi badan
3. Warna kulit
4. Bentuk badan
5. Rambut
6. Usia
7. Jenis kelamin

35 kg
132 cm
Sawo matang
Gemuk
Lurus
8 Tahun
Laki-laki

28 kg
130 cm
Sawo matang
Kurus
Lurus
8 Tahun
Laki-laki
  • Aspek Intelektual
1. Daya tangkap
2. Keaktifan


Cepat tanggap
Di rumah : aktif
Mampu mengapresiasikan sesuatu dalam bentuk tulisan
Di sekolah : kurang aktif dikarenakan takut kepada tenaga pengajar atau guru.

Tidak cepat tanggap
Di rumah : aktif
Mampu membuat suatu benda untuk di jadikan mainan.
Di sekolah : kurang aktif karena takut kepada gurunya.
  • Aspek Moral
µ  Taat pada peraturan sekolah, patuh dan takut pada guru, tidak taat pada peraturan rumah, takut pada ayah tetapi tetapi tidak takut pada ibu.
µ  Tidak suka mengeluarkan kata-kata kasar.
µ  Taat pada peraturan sekolah, patuh dan takut pada guru, taat pada peraturan di rumah karena takut kepada orang tua.
µ  Tidak suka mengeluarkan kata-kata kasar.
  • Aspek Kemampuan
1. Kemampuan bersosialisasi


2. Kemampuan berbahasa/   berkomunikasi

3. Kemampuan kognitif

Punya banyak teman di sekolah, pengajian maupun dilingkungan  rumah.
Sopan, lancar dalam berbahasa, tidak lattah,

Kemampuannya rata-rata

Punya banyak teman di sekolah dan di lingkungan rumah.

Sopan, lancar dalam berbahasa, tidak lattah.
Kemampuannya rata-rata.


µ  Penjelasan          :
Penyebab perbedaan dari anak ke-1 dan ke-2 pada aspek fisik terjadi karena adanya perbedaan genetic dari orangtua, perbedaan gizi, makanan, dan hormon.
                 Penyebab perbedaan dari anak ke-1 dan ke-2 pada aspek intelektual terjadi karena adanya perbedaan pergaulan dan pembinaan dari orangtua maupun guru di sekolah dan lingkungan.
                 Penyebab perbedaan dari anak ke-1 dan ke-2 pada aspek moral terjadi karena adanya pengaruh lingkungan baik keluarga, teman sebaya maupun lingkungan sekolah.
    



























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Perbedaan individual seorang anak akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak itu. Aspek perkembangan tersebut diantaranya adalah pada aspek perkembangan fisik, intelektual, moral, maupun pada aspek kemampuan.
Perbedaan pada aspek perkembangan fisik jelas terlihat dari perbedaan bentuk, berat, dan tinggi badan. Selain itu, perbedaan fisik juga dapat diidentifikasi dari segi kesehatan anak. Sedangkan perbedaan pada aspek perkembangan intelektual dapat dilihat sejalan dengan tahapan usia, kemampuan anak pun meningkat. Namun demikian, karena pengaruh berbagai faktor, kemampuan di antara anak-anak tersebut bisa berbeda.
Perbedaan kemampuan seorang anak bisa mencakup perbedaan dalam berkomunikasi, bersosialisasi atau perbedaan kemampuan kognitif. Faktor yang menonjol dalam membentuk kemampuan kognitif adalah faktor pembentukan lingkungan alamiah dan yang dibuat.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang pendidik nantinya harus menyadari bahwa perbedaan individu di antara siswa itu wajar, sehingga dalam menyikapi perbedaan tersebut kita perlu pula melakukan kegiatan yang bervariasi dan disesuaikan dengan keragaman dan perbedaan yang ada.


B.       Saran

Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan peserta didik. Kami berharap agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang materi dari makalah ini. Dan kami juga berharap pembaca dapat memahami semua penjelasan yang diberikan dalam makalah ini, sehingga apabila ada yang kurang  jelas atau kesalahan dalam penyusunan makalah ini dapat diberikan masukan demi sempurnanya penyusunan makalah ini.